Kamis, 24 Juni 2010

1.Konteks : seorang guru sedang bertanya kepada seorang siswa di dalam kelas.

Guru : Apa gunane lampu lalu lintas?
Murid : Damel maringi kesempatan tukang amen pados penghasilan, pak.
Melanggar bidal relevansi
Ket. Tuturan : Damel maringi kesempatan tukang amen pados penghasilan, pak
- Termasuk implikatur percakapan karena melanggar prinsip kerjasama bidal relevansi
- Dalam prinsip kerjasama, tuturan ini termasuk melanggar bidal relevansi, karena penutur hendaknya bertutur tentang hal yang relevan dengan topic percakapan yang sedang diikutinya.


2.Konteks : Anik lan Yuni sedang ngobrol di depan rumah.

Anik : Wis nem sasi iki bojoku nganggur sawise di-PHK saka perusahaane.
Yuni : Lho, sasuwene nem sasi iki sing kok enggo mangan apa?
Anik : Mesthi wae isih tetep nganggo tangan, mosok nganggo sikil!
Melanggar bidal cara
Ket. Tuturan : Mesthi wae isih tetep nganggo tangan, mosok nganggo sikil
- Termasuk implikatur percakapan karena melanggar prinsip kerjasama bidal cara.
- Dalam prinsip kerjasama, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kerjasama bidal caara karena pelanggaran pada percakapan tersebut mengandung konsekuensi adanya implikatur percakapan (menyesatkan).
- Implikatur itu dinyatakan secara tersirat olehnya melalui tuturan yang taksa.


3.Konteks : Nalika mabur ing dhuwur angkasa, mesin pesawat ujug-ujug rusak, ora kena
digunakake. Mesthi wae pilote bingung campur wedi.
Pilot : Piye ki, mesin pesawat rusak!
Co-Pilot : Tenang kemawon, pak. Mangke saksampunipun teng ngandhap, dipun
dandosi.
Melanggar bidal cara
Ket. Tuturan. : Tenang kemawon, pak. Mangke saksampunipun teng ngandhap, dipun
dandosi.
- Dalam prinsip kerjasama, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kerjasama bidal caara karena pelanggaran pada percakapan tersebut mengandung konsekuensi adanya implikatur percakapan (menyesatkan).


4.Konteks : Seorang anak ingin mengalah tentang nilai akan tetapi dia tidak naik kelas.
Gusti : Bu, kula ngalah dumateng adik kersane minggah kelas gangsal, kula panggah
kelas sekawan.
Ibu : Heh, kuwi jenenge bodho!
Melanggar bidal ketimbangrasaan
Ket Tuturan : Heh, kuwi jenenge bodho!
- Dalam prinsip kesantunan, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena pelanggaran pada percakapan tersebut menyatakan kesadisan.
- Mungkin saja implikatur tuturan tersebut menyatakan gurauan, bergantung pada konteks.


5.Konteks : sawijining pasien lagi entuk pitutur saka dokter
Dokter : Supaya bapak enggal-enggal saras, aja akeh-akeh kang dipikir supaya ora sedih kecuali….
Pasien : Kecuali menapa dokter?
Dokter : kecuali mikirke biaya pengobatan….
Melanggar bidal ketimbangrasaan.
Ket. Tuturan : kecuali mikirke biaya pengobatan….
- Dalam prinsip kesantunan, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena pelanggaran pada percakapan tersebut menyatakan kesadisan.
- Berisi nasehat yang menyangkut pembebanan biaya kepada pihak lain, sehingga melanggar bidal ketimbangrasaan.


6.Konteks : Bertanya jawab tentang ibu kota Kalimantan Selatan
Didu : jon, apa ibukotane provinsi Kalimantan Selatan?
Jojon : waduwh…. Ngrasakna ibune, lawong anake wae ora ngerti…. Je!
Didu : dasar bocah males!
Melanggar bidal ketimbangrasaan dan melanggar bidal relevansi
Ket Tuturan : waduwh…. Ngrasakna ibune, lawong anake wae ora ngerti…. Je!
- Termasuk implikatur percakapan karena melanggar prinsip kerjasama bidal relevansi
- Dalam prinsip kerjasama, tuturan ini termasuk melanggar bidal relevansi, karena penutur hendaknya bertutur tentang hal yang relevan dengan topic percakapan yang sedang diikutinya.
Ket Tuturan : dasar bocah males!
- Dalam prinsip kesantunan, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena pelanggaran pada percakapan tersebut menyatakan kesadisan.
- Mungkin saja implikatur tuturan tersebut menyatakan gurauan, bergantung pada konteks.


7.Konteks : Pasien menanyakan kondisi kesehatannya kepada seorang dokter.
Lisa : Piye dokter?
Dokter : o, biayane 150.000, bu.
Lisa : Dokter kok mata dhuwiten ngene! Maksudku piye penyakitku, drawasi apa ora! Kok malah disebut dhisik biayane!
Melanggar prinsip kesantunan dan melanggar bidal ketimbangrasaan.
Ket Tuturan : Dokter kok mata dhuwiten ngene! Maksudku piye penyakitku, drawasi apa ora! Kok malah disebut dhisik biayane!
- Dalam prinsip kesantunan, tuturan ini termasuk melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena pelanggaran pada percakapan tersebut menyatakan kesadisan.
- Berisi nasehat yang menyangkut pembebanan biaya kepada pihak lain, sehingga melanggar bidal ketimbangrasaan.


8.Konteks : Jaya nemoni bose ing ruang kerja njaluk cuti
Jaya : bos, kula nyuwun cuti!
Bos : Lho? Cuti apa?
Jaya : Cuti hamil bos!
Bos : Apa? Kowe ora sadar? Kowe iku lanang! Kok njaluk cuti hamil?
Jaya : Maksud kula sing mbobot nyonya kula bos!
Bos : Apik iku, suk meneh yen ana tanggamu mbobot njaluk cuti meneh ya!
Melanggar bidal kualitas
Ket Tuturan : Apik iku, suk meneh yen ana tanggamu mbobot njaluk cuti meneh ya!
- Dalam prinsip kerjasama, tuturan ini termasuk melanggar bidal kualitas, karena penutur hendaknya tidak bertutur tentang hal yang salah dengan topic percakapan yang sedang diikutinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar